- Back to Home »
- Psikologi , psikologi pendidikan »
- RANCANGAN SEKOLAH LUAR BIASA TIPE C (SLB-C)
Posted by : Unknown
May 25, 2013
By: Dika
Lestari
1. Pengertian
Retardasi
mental merupakan kondisi sebelum usia 18 thn yang ditandai dengan rendahnya
kecerdasan (biasanya memiliki IQ di bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan
kehidupan sehari-hari. Anak-anak yang beretardasi mental rendah dapat dibagi
menjadi empat golongan, yaitu retardasi ringan (dengan IQ 55-70), retardasi
moderat (dengan IQ 40-54), retardasi berat (IQ 25-39), dan retardasi parah (IQ
<25).
Adapun
penyebab dari retardasi mental ini bisa dari faktor genetik, yaitu seperti down syndrome, fragila X syndrome, Fetal
Alcohol Syndrom (FAS). Maupun disebabkan karena kerusakan otak.
2. REQUIREMENT
A. Student
Requirement
Kriteria murid yang diterima pada
SLB-C ini merupakan siswa-siswi yang tercakup dalam aspek ataupun golongan dari
anak-anak yang beretardasi mental rendah, moderat, berat, hingga yang parah
sekalipun.
B. Teacher
Requirement
Guru
yang diperlukan dalam mengajar anak retardasi mental sama seperti anak normal
lainnya, yaitu pendidik di sekolah-sekolah biasa. Namun terdapat pengecualian,
guru tersebut harus mengikuti pelatihan-pelatihan dimana mereka akan dibekalkan
pengetahuan baru mengenai anak retardasi mental yang nantinya akan mereka
ajarkan, serta diberikan penjabaran tentang metode-metode pengajaran dan bahan
ajaran yang tepat sesuai perkembangan anak retardasi mental tersebut. Di
samping itu diperlukan pula satu atau dua orang psikolog di SLB-C sebagai
konsultan dan pengarah para guru dalam membimbing dan mendidik anak retardasi
mental.
3. VISI
DAN MISI SEKOLAH
A. Visi
Sekolah
“Berperan
aktif dalam skema kehidupan dengan kelebihan yang berbeda serta berdaya cipta
untuk nusa dan bangsa”
B. Misi
Sekolah
“
Menghasilkan peserta didik yang tangguh dalam berbagai aspek tuntutan
hidup, Menciptakan siswa-siswi lulusan yang mandiri, berkualitas, beriman
berbudi luhur, dan berperan aktif dalam kehidupan masyarakat, Menciptakan
siswa-siswi yang memiliki kelebihan dan menguasai di suatu bidang”
4. FASILITAS
DAN INFRASTRUKTUR
A. Desain
Kelas
Gaya
penataan yang akan digunakan adalah gaya off-set. Dengan jumlah murid perkelas
tidak lebih dari dua belas murid agar memudahkan guru untuk menguasai dan
mengawasi murid satu persatu. Selain itu, gaya duduk off-set ini sendiri juga
akan memberikan keleluasaan para murid di ruang gerak mereka, dan agar tidak
terkesan terlalu monoton.
B. Klasifikasi
Kelas
Kelas
disini akan dibedakan dalam beberapa kategori. Pengkategorian disini agar murid
dan guru sama – sama memperoleh keuntungan. Yaitu, murid dapat berkembang
dengan baik sementara itu guru dapat menentukan metode mengajar apa yang paling
tepat untuk ia gunakan sehingga guru mampu
mengontrol dan menguasai kelasnya lebih baik. Jadi disini kategori kelas
terbagi dalam beberapa kategori, diantaranya :
·
Kelas anak retardasi mental rendah
Anak
– anak yang diperuntukkan pada kelas ini adalah anak yang mengalami keterbatasan
dan memiliki inteligensi (di bawah 70), sehingga dapat menggunakan kompetensi
sekolah umum yang bertaraf standar untuk anak sekolah dasar, seperti
pengetahuan-pengetahuan dan perhitungan yang umum. Disini yang dikembangkan
bukan hanya kemampuan mereka secara akademis tapi juga mengadopsi multiple
intelligence dari teori gardner sehingga anak – anak mampu mengembangkan
kemampuan sesuai dengan bidang yang mereka minati.
·
Kelas anak retardasi mental sedang
Anak
yang diperuntukan disini adalah anak-anak yang memiliki kelemahan fisik dan
disfungsi neurologis yang menghambat keterampilan motorik yang normal, seperti
memegang dan mewarnai dalam garis, dan keterampilan motorik kasar, seperti
berlari dan memanjat. Mereka mampu dengan banyak bimbingan dan latihan. Dari
segi kompetensi sama saja seperti kelas retardasi mental rendah, hanya saja
pada kelas retardasi mental sedang ini lebih banyak dibimbing dan tidak
mandiri.
·
Kelas anak retardasi mental berat
Anak
yang diperuntukan di sini adalah anak-anak yang memiliki abnormalitas fisik
sejak lahir dan keterbatasan dalam pengendalian sensori motor. Mereka membutuhkan
bantuan super visi terus menerus, dan hanya dapat melakukan sedikit aktifitas
secara mandiri dan sering kali terlihat lesu karena kerusakan otak mereka yang
parah menjadikan mereka relatif pasif dan kondisi kehidupan mereka hanya
memberikan sedikit stimulasi. Mereka mampu melakukan pekerjaan yang sangat
sederhana dengan supervisi terus-menerus. Kompetensi yang diajarkan pada mereka
adalah kompetensi yang tidak akan memberatkan untuk mereka, melainkan
kompetensi yang akan mengarahkan mereka dalam bertahan tanpa bantuan orang
lain. Dan tentu diselipkan bahan ajaran akademik sepertiperhitungan yang sangat
sederhana dan pengetahuan-pengetahuan yang sangat umum yang memang seharusnya
mereka ketahui.
·
Kelas anak retardasi mental parah
Anak
yang diperuntukan di sini adalah anak yang membutuhkan supervisi total dan
sering kali harus diasuh sepanjang hidup mereka. Sebagian besar mengalami
abnormalitas fisik yang berat serta kerusakan neurologis dan tidak dapat
berjalan sendiri kemanapun. Tingkat kematian di masa anak-anak pada orang yang
mengalami retardasi mental parah sangat tinggi. Disini lebih menekankan pada
keterampilan diri yang bisa dimanfaatkan mereka ketika berkarya dan bertahan
dilingkungan sosial.
C. Manajemen
Kelas
Guru
disini berperan sebagai pengajar yang mendominasi dalam mengatur kelas. Namun juga
tidak mengesampingkan kebebasan personal siswa dalam mengekspresikan dirinya. Kursi
dan meja akan disusun secara off-set, sehingga murid tetap punya area personal
namun masih tetap dapat dicampuri atau mendapatkan arahan oleh guru.
5. PENGATURAN
SEKOLAH
Di
sini SLB-C akan disetting dengan sistem integrasi. Artinya murid special pada
waktu tertentu juga akan punya kesempatan untuk berinteraksi dengan anak – anak
normal. Tujuannya adalah untuk melatih mereka dalam beradaptasi dengan lingkungan
sosial yang sesungguhnya. Namun tetap pada pengaturan awal, kelas-kelas untuk
anak retardasi mental ini hanya diisi oleh anak-anak yang memang tergolong anak
retardasi mental. Dan interaksi pada anak normal maupun least special akan
diepruntukan pada kegiatan sekolah di suatu waktu yang telah ditentukan.
6. METODE
PENGAJARAN
Disini
metode pembelajaran tidak akan selalu IEP (individualized educational plan)
jadi guru akan menekankan pada kemampuan berinteraksi antara satu anak dengan
anak lainnya. Selain itu metode pembelajaran akan menggunakan audio visual,
sehingga akan semakin mengembangkan potensi kecakapan anak dalam audio visual
mereka. Selanjutnya yang perlu ditekankan adalah metode pengajaran untuk
retardasi mental ini lebih ke arah pembelajaran yang menyenangkan, pengetahuan
dan ilmu yang akan mereka pelajari akan mereka dapati dari berbagai macam games
dan hiburan yang bersangkutan dengan bahan ajar mereka. Hal ini bertujuan guna
memudahkan para siswa menangkap informasi dan menarik perhatian mereka untuk
lebih berminat pada pengetahuan yang akan diajarkan di sekolah.
7. MATERI
Materi
yang akan diajarkan pada anak retardasi mental pada hakikatnya tidak jauh beda
pada anak normal, yaitu persoalan berhitung Matematika, Pengetahuan Umum, Bahasa,
dsb. Namun taraf kesulitan dan kompetensi yang diajarkan pada mereka berkutat
pada taraf kesulitan anak Sekolah Dasar tingkat 1-6. Di samping itu, mereka
juga dibekalkan ilmu Etika dalam berperilaku dan berinteraksi dengan lingkungan
sosial mereka. Tentu yang juga tidak boleh dilupakan adalah materi Agama,
seperti Misi yang hendak dicapai SLB-C ini yaitu menciptakan siswa-siswi yang
beriman berbudi luhur.
Selanjutnya
anak-anak juga akan diberikan pembekalan suatu kemampuan atau potensi khusus
sebagai daya cipta dan kemandirian yang mampu mereka pertahankan dan manfaatkan
dalam beraktivitas di kehidupan sehari-hari.
7. MEDIA
PEMBELAJARAN
Anak-anak akan
difasilitasi dengan alat-alat yang dibutuhkan mereka dalam proses pengembangan
diri, seperti pengenalan terhadap alat-alat elektronik (komputer, jaringan
internet, gadget, dsb), games-games yang bersangkutan dengan bahan ajar mereka,
alat-alat musik, dan alat-alat lainnya yang akan mampu mengembangkan potensi
dan soft skill anak-anak tersebut.