- Back to Home »
- hunger , Psikologi , Psikologi Umum »
- Rasa Lapar (Hunger)
Posted by : Unknown
May 25, 2013
Oleh : Dika Lestari
Berat yang optimal / ideal diperoleh dari keseimbangan yang nyaris sempurna antara
seberapa banyak makanan yang dikonsumsi seseorang dengan seberapa banyak
energi yang dibutuhkan tubuhnya dalam
beraktivitas. Di alam liar hewan biasanya makan sebagai pengganti bahan bakar
yang digunakan tubuhnya. Dan dengan energi yang dihasilkan dari makanan mereka
akan berburu makanan lainnya. Oleh sebab itu mereka jarang ada yang gemuk. Lain
halnya dengan hewan peliharaan yang mudah gemuk, karena pemiliknya yang sering
memberikan makanan dan hawan tersebut sedikit bergerak dan membakar kalori yang
berkelibihan. Kalori adalah ukuran seberapa banyak energi makanan yang
terkandung. Contoh: makanan tinggi lemak (pizza, burger, kentang goreng, donat),
makanan tinggi protein (ikan, ayam, telur), tinggi karbohidrat (sayur, buah,
padi-padian).
Berat berlebihan (overweight) artinya seseorang yang berat badannya
20% lebih berat dari berat badan ideal. Obesitas artinya orang tersebut
memiliki berat badan 30% atau lebih dari berat badan ideal. Overweight dan obesitas
umumnya disebabkan oleh dua faktor :
-
Makan
berlebihan dari yang dibutuhkan untuk bahan bakar kebutuhan energi tubuh.
-
Tidak
mendapatkan latihan yang cukup untuk membakar makann extra (kalori yang
berlebih).
Overweight dan obesitas merupkan
masalah kesehatan seluruh dunia, secara siginifikan meningkatkan resiko
penyakit jantung, stroke, tekanan darah tinggi, arteri tersumbat, dan diabetes.
Tiga
Faktor Munculnya Rasa Lapar
1. Faktor
Biologis
Faktor biologis kelaparan berasal dari
perubahan di dalam darah dan isyarat dari organ pencernaan yang memberikan
umpan balik ke otak, yang kemudian memicu kita untuk makan atau berhenti makan.
a.
Peripheral
Cues (Tanda Perifer/Sekeliling)
· Stomach
(Perut), ketika perut
kosong ia mengeluarkan hormon ghrelin yang membawa “sinyal lapar” ke
hipotalamus, kendali utama untuk regulasi rasa lapar. Ketika perut penuh,
peregangan reseptor di dindingnya mengirimkan “sinyal kenyang” ke hipotalamus
yang akan mengurangi nafsu makan.
· Liver
(Hati) memonitori
kadar glokusa (gula) di dalam darah. Ketika kadar glukosa turun maka hati
mengirimkan “sinyal lapar” ke hipotalamus; ketika kadar glukosa naik, hati
mengirimkan “sinyal kenyang” ke hipotalamus.
· Intestine
(Usus) juga
megeluarkan hormon ghrelin yang membawa “sinyal lapar” ke hipotalamus, dan
menghasilkan hormon PYY yang membawa “sinyal kenyang” ke hipotalamus yang akan
mengurangi nafsu makan. Akhirnya usus akan mengeluarkan hormon CCK
(cholecystokinin), yang menandakan hipotalamus untuk tidak makan.
· Fat
Cells (Sel-sel lemak)
mengeluarkan hormon leptin. Jika kadar leptin turun hipotalamus meningkatkan
nafsu makan, sedangkan jika naik hipotalamus mengurangi nafsu makan. Keluarnya
leptin membantu menjaga kadar yang tetap pada lemak tubuh dan bertahan melawan
kelaparan.
b.
Center
Cues (Tanda Pusat)
Pusat pengendalian rasa lapar bukanlah
di perut kita, melainkan ada di hipotalamus. Hipotalamus merupakan bagian dari
forebrain (otak bagian depan) yang bersangkutan dengan motivasi (tingkah laku
sexual, tidur, intensitas reaksi emosional, regulasi kelaparan, regulasi
kehausan), emosi, dan fungsi sistem saraf otonom. Rasa lapar diatur oleh tiga
bagian di hipotalamus yaitu:
· Lateral
hipotalamus (a feeding system) yang bersangkutan dengan
rasa lapar dan keinginan untuk mulai makan saat makanan dibutuhkan. Sejumlah
sel-sel otak menerima “sinyal lapar” dari organ pencernaan—meningkatnya
ghrelin, kadar glukosa darah dan leptin menurun. Lateral hipotalamus
mengartikannya sebagai “sinyal lapar” dan meningkatkan nafsu makan kita.
· Ventromedial
hipotalamus (a satiety system) yaitu berhenti makan
ketika sudah mengonsumsi makanan yang cukup (kenyang). Sejumlah sel-sel otak
menerima “sinyal kenyang” dari organ pencernaan—perut yang penuh mengaktifkan
peregangan respetor, kadar glukosa darah dan leptin naik, serta meningkatkan
hormon PYY dan CCK. Ventromedial hipotalamus mengartikannya sebagai “sinyal kenyang”
dan mengurangi/menghilangkan nafsu makan kita.
· Paraventricular
nucleus yang memegang
peranan dalam pengaturan rasa lapar, yakni meningkat dan menurunnya nafsu makan
seseorang dengan mengendalikan kadar gula darah(glukosa).
2. Faktor
Genetik
Faktor genetik kelaparan berasal dari
pewarisan gen-gen. hal ini yang menentukan sejumlah sel-sel lemak atau
tingkatan metabolis yang membakar bahan bakar dalam tubuh, yang akan mendorong
kita ke arah normal, overweight, ataupun underweight.
· Sel-Sel
Lemak, orang yang
mewarisi sejumlah besar sel-sel lemak mempunyai kemampuan untuk menyimpan lebih
banyak lemak dan lebih mudah untuk lebih gemuk dari rata-rata.
· Metabolisme, bersangkutan dengan seberapa efesien
tubuh kita memecahkan makanan menjadi energi dan seberapa cepat tubuh kita
membakar bahan bakar. Jika kita memiliki tingkat metabolis yang rendah kita
akan sedikit membakar bahan bakar, sehingga kelebihan bahan bakarnya akan
tersimpan dalam tubuh dan akan menjadikan kita lebih gemuk. Dan begitu
sebaliknya.
· Set
Point, meliputi
tingkatan lemak tubuh (jaringan adipos) yang tubuh kita jaga agar tidak berubah
sepanjang hidup kita. Set point itu seperti hal yang kita atur pada termostat
di rumah kita yang untuk mengontrol pemanas ruangan. Tetapi ia menetapkan
tingkat sel metabolisme daripada tingkat saat kita membakar bahan bakar.
· Gen
Pengatur Berat Badan,
berperan dalam mempengaruhi nafsu makan, metabolisme tubuh, sekresi hormon
(leptin) yang mengatur penyimpanan lemak.
3. Faktor
Psikososial
Faktor psikososial kelaparan berasal
adri pembelajaran asosiasi antara makanan dan stimuli/rangsangan lainnya,
seperti ngemil waktu menonton TV; pengaruh sosial-budaya, seperti menekankan
untuk kurus; dan berbagai persoalan kepribadian, seperti depresi, benci citra
tubuh, atau penghargaan diri yang rendah.
· Pembelajaran
Asosiasi, contohnya
seperti kita makan bukan karena kita lapar tetapi karena aroma makanannya
lezat, karena teman kita sedang makan, karena kita tidak menolak porsi yang
besar.
· Pengaruh
Sosial-Budaya,
contohnya seperti Pemerintah Republik Ceko yang menyubsidikan sosis berlemak
murah, alhasil 45% wanita ceko dan sedikit presentasi pria mengalami obesitas.
Republik Ceko berada pada tingkat tertinggi di dunia atas kematian karena
penyakit jantung. Contoh lainnya, di beberapa negara banyak budayanya lebih
menekankan wanita harus bertubuh langsing/kurus atau standasisasi wanita cantik
di negara tersebut adalah wanita yang langsing, sehingga banyak wanita yang
merasa tidak puas dengan berat mereka dan mengatakan bahwa mereka gemuk
walaupun sebenarnya mereka tidak gemuk. Selain itu, dimana-mana sering kita
jumpai hidangan fastfood dan sudah sangat populer, maka tidak heran jika kita
temukan seseorang akan sangat mudah obesitas, dan bahkan anak-anak akan menjadi
korban obesitas.
· Karakter
Kepribadian, jika
seseorang memiliki trait kepribadian tertentu, dia barangkali lebih besar untuk
beresiko karena makan berlebihan serta mengembangkan gangguan makan yang
serius, seperti: makan berlebihan ketika stres atau depresi, makan berlebihan
secara berulang-ulang dan memuntahkannya (bulimia nervosa), ketakutan berat
badan yang tidak wajar (anorexia nervosa). Trait kepribadian yang berhubungan
dengan masalah makan termasuk yaitu: depresi, gelisah berlebihan, penghargaan
pada diri yang rendah, sangat sensitif dengan penolakan, standar kepribadian
yang tinggi untuk prestasi, latar belakang dari pelecehan fisik maupun
sexual,dll.
Source
:
· Plotnik Rod. 2005. Introduction to Psychology: Seven Edition. United States of
America: Wadsworth
· Lahey Benjamin B. 2007. Psychology An Introduction. NewYork:
McGraw-Hill