Posted by : Unknown May 25, 2013



Di dalam buku Psikologi Perkembangan Elizabeth B. Hurlock edisi kelima, mengemukakan bahwa di masa kehamilan terdapat empat kondisi penting yang sangat mempengaruhi perkembangan si janin menjadi individu selanjutnya. Peranan pada masing-masing kondisi dalam perkembangan akan menjelaskan bahwa kehamilan merupakan periode yang sangat penting dalam rentang kehidupan kita.


Empat kondisi tersebut adalah sifat bawaan, jenis kelamin, jumlah anak, dan posisi urutan anak. Lebih detailnya sebagai berikut : 
Sifat Bawaan
Penentuan sifat bawaan ini hanya satu kali saja dalam seluruh kehidupan seseorang selama kehamilan, oleh sebab itu hal ini jauh lebih penting daripada jika seandainya sifat bawaan ini dapat berubah dalam tahap-tahap perkembangan selanjutnya.
Penentuan sifat bawaan mempengaruhi perkembangan selanjutnya dalam dua hal. Yang pertama, faktor keturunan membatasi sejauh mana individu dapat berkembang. Kalau kondisi-kondisi sebelum dan sesudah lahir si anak menguntungkan (baik), dan sesorang tersebut mempunyai dorongan yang sangat kuat, ia dapat mengembangkan sifat-sifat fisik maupun mental yang telah diwarisinya hingga batas maksimumnya, namun tidak dapat berkembang lebih jauh lagi. Montagu mengatakan, “Kalau kita menguasai lingkungan berarti sedikit banyaknya kita menguasai faktor keturunan. Keturunan, dikatakan menentukan apa yang dapat kita lakukan, dan lingkungan menentukan apa yang kita lakukan ”. Yang kedua adalah sifat bawaan itu sepenuhnya merupakan kebetulan. Tidak ada teknik ataupun cara tertentu dalam mengendalikan jumlah kromosom dari pihak ibu maupun ayah yang akan diturunkan pada anak. Scheinfeld memaparkan bahwa kelahiran individu bergantung pada persatuan ovum tertentu dengan sperma tertentu. Dan kemungkinan persatuan ini terjadi hanya 1 dalam 300.000.000.000.000 (300 trilyun). 
 Jenis Kelamin
Penentuan jenis kelamn merupakan bagian terpenting yang kedua pada saat kehamilan. Jenis kelamin (sex) bergantung pada jenis spermatozon dan ovum yang bersatu. Dua jenis spermatozoa yang matang (yang dihasilkan oleh Ayah) diproduksi dalam jumlah yang sama banyak. Yang pertama mengandung dua puluh dua pasang kromosom ditambah satu kromosom X, yang kedua mengandung dua puluh dua pasang kromosom ditambah satu kromosom Y. Kromosom-kromosom X dan Y ini adalah penentu jenis kelamin si calon anak. Telur yang matang (yang dihasilkan oleh Ibu) selalu mengandung kromosom X. bila telur ini dibuahi oleh spermatozoon pembawa kromosom X, maka anak yang dilahirkan adalah perempuan. Sedangkan jika telur dibuahi spermatozoon pembawa kromosom Y, maka anak yang dilahirkan berkelamin laki-laki.
Di saat sel-sel pria dan wanita sudah bersatu, tidak akan ada yang dapat dilakukan untuk mengubah jenis kelamin individu (si anak) yang terbentuk. Dan jenis kelamin yang terbentuk inilah (baik perempuan ataupun laki-laki), yang akan membentuk pola tingkah laku dan kepribadian si anak sepanjang hidupnya.
Ada tiga alasan mengapa jenis kelamin individu penting bagi perkembangan selama hidupnya. Pertama, setiap tahun anak-anak akan mengalami tekanan-tekanan budaya dari para prang tua, guru, kelompok atau teman sebaya mereka, serta masyarakat yang mempengaruhi perkembangan pola perilaku/sikap yang dipandang sesuai dengan kelompok jenis kelamin mereka. Anak-anak yang berperilaku sewajarnya dianggap masyarakat sesuai jenis kelaminnya akan mendapatkan dukungan sosial. Artinya seorang anak perempuan berperilaku selayaknya seorang anak perempuan. Sebaliknya anak-anak yang gagal menyesuaiakan diri akan dikritik dan dikucilkan oleh masyarakat. Seperti misalnya anak laki-laki namun berperilaku seperti anak perempuan (kemayu).
Kedua, pengalaman belajar ditentukan jenis kelamin individu. Di rumah, di sekolah, dan di dalam kelompok bermain, anak-anak belajar apa yang dianggap pantas untuk anggota sejenis kelamin mereka. Anak laki-laki yang bermain atau bertingkah laku seperti anak perempuan disebut sebagai “banci” dan anak perempuan yang berperilaku dan bermain seperti anak laki-laki disebut “tomboy”.
Ketiga, dan mungkin yang terpenting, adalah sikap orang tua dan anggota keluarga lainnya terhadap individu sehubungan dengan jenis kelamin mereka. Oranang tua maupun keluarga yang cenderung suka untuk memilih-milih jenis kelamin anak akan mempengaruhi sikap-sikap orang tua dan selanjutnya mempengaruhi perilaku mereka kepada anak dan hubungan mereka dengan anak. 
Jumlah Anak
Meskipun pada umunya pada peristiwa kelahira hanya satu anak yang dilahirkan, akan tetapi sering juga terjadi kelahiran kembar. Apabila ovum yang matang dibuahi oleh satu spermatozoon hasilnya adalah satu anak, kecuali jika telur yang telah dibuahi (zygote) membelah menjadi dua bagian atau lebih yang terpisah selama tahap-tahap permulaan pembelahan sel. Jika hal ini terjadi maka akan melahirkan kembar identik (uniovular) dua, tiga atau lebih. Kalau dua ovum atau lebih dibebaskan dan dibuahi oleh spermatozoon yang berlainan, akan melahirkan kembar nonidentik (juga disebut biovular atau fraternal) deua, tiga, atau lebih.
Pada kembar nonidentik yang mana berasal dari zygote yang berbeda, kumpulan gen-gen dan kromoso yang berbeda juga, oleh sebab itu perkembangan , keadaan mental dan fisik mereka berbeda pula. Sebaliknya, kembar identik yang berasal dari zygote yang sama memiliki keadaan mental dan fisik yang sama pula. Serta mereka mempunyai kumpulan kromoson dan gen-gen yang sama. Anak-anak kembar identik cenderung memiliki jenis kelamin yang sama. Sedangkan anak-anak kembar nonidentik mungkin sejenis kelamin maupun berbeda jenis kelamin.
Efek Lahir Kembar terhadap Perkembangan
Sebagian besar penelitian tentang efek kelahiran kembar hanya pada kembar dua saja. Karena kembar tiga ataupun lebih sangat jarang dijumpai dan angka kemtaian mereka pun relatif tinggi dibandingkan kembar dua.
Alasan kelahiran kembar mempengaruhi perkembangan tidak hanya karena faktor keturunan tetapi saat sebelum dan sesudah kelahiran bayi kembar berbeda dengan lingkungan pada kelahiran tunggal. Pada bayi tunggal ibu dapat memberikan perhatian sepenuhnya kepada bayi tersebut. Namun ibu bayi kembar harus membagi perhatian. Jadi, selama tahun-tahun pertama, saat dasar-dasar kepribadian diletakkan, bayi-bayi kembar memperoleh perawatan dan perhatian ibu lebih sedikit ketimbang bayi tunggal sehingga mereka merasa tidak dicintai atau bahkan merasa benar-benar ditolak.
Kebanyakan para orang tua terutama sang ibu, merasa bahwa anak kembar mereka diharuskan memakai seragam yang sama dan permainan yang sama pula. Apalagi jika anak kembar mereka berjenis kelamin yang sama. Adanya tekanan-tekanan untuk menjadi sama dan diabaikannya individualitas mereka sendiri akan meninggalkan bekas kepribadian dan pola perilaku mereka.

Posisi Urutan Anak
Forer menjelaskan pengaruh posisi kelahiran terhadap individu sebagai berikut : “Kedudukan Anda dalam keluarga sangat mempengaruhi bagaimana Anda menghadapi masyarakat dunia.. Sebagian besar perkembangan anak bergantung pada interaksi dengan saudara-saudaranya.. Semua anggota memaksakan pola-pola perilaku tertentu kepada anggota keluarga yang lain pada saat mereka berinteraksi, untuk memenuhi kebutuhan mereka.. Dengan cara inilah posisi dalam keluarga memberi cap yang tidak dapat dihapuskan pada gaya hidup seseorang.”
Penentuan posisi urutan anak yang baru terbentuk di antara saudara-saudaranya, dan mungkin beberapa tahun setelahnya akan merubah posisi tersebut. Maka peralihan ini dapat mengganggu selama beberapa waktu , tetapi anak-anak atau bahkan bayi cenderung mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan ini.
Alfred Adler, seorang psikolog yang mempelopori bahwa terdapat hubungan antara urutan kelahiran dengan kepribadian. Walaupun begitu penelitian dan hipotesanya tersebut bukanlah suatu keterangan yang pasti dan mutlak benar, karena hubungan antara urutan kelahiran dan kepribadian ini ia dapatkan dari kebanyakan sifat yang diperlihatkan anak-anak atas pengaruh urutan kelahiran pada umumnya.
- Anak Pertama
Anak pertama lebih bertanggung jawab dan tegas dibandingkan anak kedua, maupun bungsu. Dan cenderung berada di posisi sebagai pemimpin. Mereka juga memiliki prestasi akademik di berbagai bidang studi.  Walaupun demikian, anak pertama ini cenderung untuk lebih mudah stress karena menanggung beban lebih banyak daripada saudaranya.
- Anak Kedua
Anak kedua cenderung merasa rendah diri atau tidak percaya diri terhadap anak pertama dan anak lainnya karena kakak mereka lebih diunggulkan. Oleh sebab itu, mereka sering mencoba untuk unggul di bidang yang berbeda dari yang diunggulkan oleh saudara mereka. Anak kedua ini cenderung bersifat jujur, flexibel, toleransi, dan cenderung tidak mementingkan dirinya sendiri.
- Anak Terakhir
Cenderung manja. Dan berperan sebagai pelindung dalam keluarganya. Anak terakhir ini mempunyai hubungan sosial yang baik di luar rumah dan biasanya populer tetapi jarang menjadi pemimpin karena kurangnya kemauan memikul tanggung jawab.
-  Anak Satu-satunya
Cenderung berperilaku seperti anak pertama dan anak terakhir. Seperti anak pertama, mereka lebih terfokus kepada prestasi akademik. Dan seperti anak terakhir, mereka sangat mengaharga diri mereka sendiri.



Source : Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : PT. Erlangga

By : Dika Lestari (DL)

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2013 Goresan Psikologi - Supported by Chaidir's Web - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -